Rumahku adalah nikmat Tuhan untukku



  Allah SWT berfirman,
“Dan, Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal,,,,”
(an-Nahl:80)

Ibnu Katsir menafsirkan, “Allah Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi menyebutkan nikmat-Nya yang sempurna yang dianugerahkan kepada hamba-Nya, yaitu karena Ia telah menjadikan rumah-rumah yang mereka huni itu sebagai tempat memperoleh ketentraman. Yang mereka jadikan tempat berlindung, bersembunyi dari pandangan orang lain, dan mendapatkan manfaatnya dari berbagai segi.” (tafsir ibnu katsir juz IV, hlm 509)

Lalu apakah artinya rumah bagi kita? Mungkin diantara kita sering lalai dan luput akan nikmat yang satu ini, padahal rutinitas keseharian kita tidak pernah lepas dari rumah. Rumah merupakan tempat kita makan, beristirahat, tidur, menikah, atau beribadah. Bukankah rumah adalah tempat kita berteduh dari panasnya siang, dari derasnya hujan, hingga dinginnya angin malam? Serta tentunya rumah adalah tempat kita berkumpul dengan keluarga, bersantai dengan istri dan anak-anak bahkan yang paling utama rumah merupakan tempat bersembunyinya seorang perempuan dari pandangan orang lain dan menjaga dirinya.
Allah SWT berfirman,
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan jangalah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dulu...” (al-Ahzab:33)

Sungguh rumah adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita yang sering kita lupa untuk mensyukurinya, sehingga sudah sepantasnya kita merenungkan sejenak keadaan orang-orang yang tidak memiliki rumah dari kalangan para pengungsi yang hidup di camp-camp pengungsian, atau di trotoar-trotoar jalan, mereka yang tinggal di kolong jembatan, yang berpindah-pindah tanpa kepastian, tanpa jaminan kenyamanan, keamanan.

Tentu sudah sewajibnya kita akan menyadari bagaimana besarnya nilai nikmat memiliki rumah itu. Demikian pula ketika kita mendengar perkataan seseorang yang sedang kalut, “saya tidak memiliki tempat tinggal tetap, saya kadang-kadang tidur di rumah teman, di tepi pantai, di kebun, di kedai kopi, atau di taman kota, sedangkan pakaian saya diletakkan di dalam mobil.” Dengan demikian kita akan mengetahui arti kegalauan akibat tidak memiliki nikmat rumah.

Mari kita bersyukur atas nikmat rumah yang Allah berikan buat kita dengan menjaga nikmat tersebut, tidak menyepelekan keberadaannya, atau jangan sampai membuat kita sombong, takabur yang kelak akan mengundang murka Allah terhadap kita. Menjaga keberadaan rumah merupakan pertanda bahwa kita adalah manusia yang bersyukur, kita merawat rumah kita, memiliki aturan di dalamnya maka semua itu sebagai bukti bahwa kita benar-benar bersyukur pada nikmat Allah. Mari kita buktikan............ 

Comments

Popular posts from this blog

the Singapore of Java, Kata Presiden?

Persalinan adalah Hak Allah

Cerita Bidan: Kado Ilahi di rahim wanita